koran Tempo "Kearifan Budaya Lokal Masih Terabaikan"
Minggu, Januari 29, 2012*Makassar, Monday, 09 January 2012
MAROS -- Ketua Badan Koordinasi Kesenian Indonesia Sulawesi Selatan Syahriar Tato mengatakan "kearifan budaya lokal masih terabaikan, jikapun sedikit terealisasi tetap digerus oleh arus zaman, hal ini akibat pembangunan pendidikan yang terkerangkeng sehingga meninggalkan kearifan budaya lokal."
"Saat anak masih bayi, biasa dinyanyikan lagu Pau-pau Rikadong, teranggap transfer kearifan sehingga re-generasi mengenal kearifan budaya nenek moyang yang tidak kalah dengan budaya budaya di negara lain," kata Syahriar Tato menambahkan saat peluncuran buku karya budayawan Maros, Kaimuddin Mabbaco, Kearifan Budaya Lokal kemarin.
(link terkait .Terbitkan buku Subhanallah... memang bukan rahasia.
Ia mencontohkan masyarakat Jawa, yang mengenalkan kisah Mahabharata. Cerita asal India ini memberikan pesan moral lewat tokohnya, seperti Arjuna, Bima, dan Gatot Kaca. Syahriar mengatakan "buku yang ditulis Kaimuddin Mabbaco ini dari hasil penelitian sangat membantu masyarakat mengenal kearifan budaya yang ada di Sulawesi Selatan."
(link terkait .Terbitkan buku Subhanallah... memang bukan rahasia.
Ia mencontohkan masyarakat Jawa, yang mengenalkan kisah Mahabharata. Cerita asal India ini memberikan pesan moral lewat tokohnya, seperti Arjuna, Bima, dan Gatot Kaca. Syahriar mengatakan "buku yang ditulis Kaimuddin Mabbaco ini dari hasil penelitian sangat membantu masyarakat mengenal kearifan budaya yang ada di Sulawesi Selatan."
Seniman budayawan Maros, Wawan Mattaliu, menambahkan "pemerintah harus ikut serta dalam membuat kebijakan yang mendukung kearifan budaya lokal, pendidikan anak usia dini wajib disuplai dengan kearifan budaya lokal melalui pendidikan formal," ucap Wawan, yang juga anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan.(baca .Dunia pendidikan ke Pelajaran "Temuan situs-situs Spiritualitas".
Sementara itu, Kaimuddin Mabbaco, sebagai super visi hadirnya buku ini menguraikan kausalitas dan observasi penelitian ini mengungkapkan bahwa " ia membutuhkan waktu enam tahun untuk merevitalisasi kepenelitian berbagai budaya lokal di Sulawesi Selatan ini, terkhusus budaya di Kab Maros, dalam 3 bab penting dalam buku ini hasil kajian dan penelitian di 14 kecamatan di Kab.Maros ini yang menghasilkan kemudian, Pau-pau rikadong, pappaseng/pappasang serta ritual dan musik tradsi di Kab maros". sebelum menerbitkan buku tersebut. Ia Lembaga Pengkajian Strategi Salewangan Maros (LEPASS) memberi banyak bantuan dalam penerbitan buku ini sebab upaya menguatkankan banyak pesan-pesan kearifan budaya lokal yang nyaris punah karena perkembangan informasi modern.(sehari sebelum lounching .Pendidikan : launching Buku "Kearifan budaya Lokal".
"Disadari bersama (dalam pantauan) minimnya kemampuan kurikulum pusat / sentral dalam materi ajar sebelumnya, yang menyerap total instrumen kebudayaan yang sangat beragam sebagai contoh; sangat sulit menemukan kebudayaan Bugis Makassar, dalam kurikulum KTSP yang beredar sekarang, ungkap supervisi, “untuk memverifikasi semua temuan penelitian, dilakukan konfirmasi kepada dinas Pariwisata setempat, juga trianggulasi temuan kepada pakar bahasa, ahli lontara' dan budayawan Bugis Makassar di Kab.Maros".Buku yang diterbitkan PT Pustaka Indonesia Press Jakarta itu resmi diluncurkan kemarin di Kafe / warkop Dg, Tene Maros.| JUMADI
______
koran tempo "Kearifan Budaya Lokal Masih Terabaikan"
0 comments