Kisah Sore di Jembatan Sebelum Roboh

Kamis, Januari 05, 2012

Sebab menangis adalah emosi yang asing, catatan sehari sebelum robohnya, pra runtuh-nya, "Jembatan Mahakam", lintas penanda yang menghubungkan Tenggarong dan Tenggarong Seberang. Pada saat kejadian, jembatan sore sedang ramai aktivitas lalu lalang kendaraan". Mengenang peristiwa sore itu " dilihatnya air yang meluap, sebuah luapan air bagai bah raksasa mengepung sungai, di benaknya "sedang mengalami banjir". 

Demikian sore tadi, sangat rapi  tersusun, seolah jalinan-jalinan yang mengenalkan pertama kali yang mereka sebut kisah cinta, yang harus berakhir roboh. Sangat baru..rupanya itu adalah kenangan terakhir. seseorang menyebut "gadis yang menunggu kekasihnya,  ikut terperosot roboh di jembatan dengan sekelopak bunga segar ditangannya_*

Aku mengajaknya menepi ketika mobil tronton lewat, ia kelihatan  mengagumi jembatan tua, jembatan yang mengenalkan kami nikmat duduk dan berlari sore, ia..masih dengan ke kagumannya pada jembatan ini, dan mataku di rambutnya yang digerai angin.

Kisah sore sebelum Roboh :
Aku sibuk memotret anak-anak yang sedang girang melompat di jembatan, tiba-tiba ia memelukku ...dan menangis ; ini yang tak kumengerti, pikirku "esok jelaskan tangismu....entah duka atau senang atau bukan keduanya.. "tak perlu kau pahami jika pahaman-mu tentang tulisan ini adalah ke-tidak-pahaman".
 _______
kaimuddin mbck
*setelah duka adalah senang/sebaliknya),

Kisah Sore dan senyum itu : senyummu tergambar kukira ini diksi tuk jembatan tua ini , tapi senyummu bilang "Aku tak pernah bisa mencintai musim ini secara biasa sebab rambutmu yang tergerai, sampai jejalanan ini lindap jadi rerumpun", ih kukira ini diksinya "jembatan penuh rumput"........dan jembatan sore ini, tiba-tiba tumbuh rumput liar dan sangat pariatif : haha..ha..sebelum rumput tadi adalah...hujan deras sayang....

Melewati kebersamaan di jembatan, dan narasi jatuh cinta pertama kali yang di lewati mengesah sebagai tempat romantis. Tempat romantis akan membuat hubungan asmara sepasang kekasih menjadi lebih berkualitas, setidaknya bagi kebanyakan pasangan kekasih.

sedang lampu jalan di jembatan itu seperti tangan seorang gadis yang tenggelam dan menggapai-gapai meminta tolong, pancaran cahayanya seperti ber-embun bahkan  mulai berkaca-kaca dengan pandangan yang mulai pudar, lampu jalan diatas jembatan itu masih sebuah bayang-bayang kecil, bayangan yang tenggelam dan lenyap di balik hening malam. dan lampu jalan menyangka "senja" selalu jatuh lebih cepat, ia tak berpikir macam-macam ketika kau tak mengenalnya : waktu yang sakral sebelu. wassalam jembatan roboh adalah kisah sore.

___

Kisah dalam NARASI PUISI RoBoH DI JEMBATAN
KAMIS, FEBRUARI 02, 2012

Narasi & Puisi Roboh di Jembatan ulasan segala kekecewaan nan menegas di jembatan, sebab di jembatan tempat menghanyutkan segala sesuatu, termasuk membuang musim dingin yang menyerang tiba-tiba serta daun yang gemetar, 

kau lupa peristiwa di pinggiran jembatan tentang
temu pertama itu, dan aku menyematkan es krim tong-tong di tanganmu, 

ya..memorial hendak diulang ?. sebegini musim yang berubah, sebuah suara yang sangat kau kenali terseret arus, seper sekian detik ...rindumu hanyut bersamanya. (haha..ha.. Tuhan.. Sudahlah, lelucon ini terlalu lucu, aku lupa cara berhenti melamunkan-mu, setelah kumalu-malu dan kaupun menggaruk kepala (seolah-olah bego), peristiwa yang tak perlu dipetakan, tak perlu penelitian juga observasi untuk saling berkata "suka".

Sebaris puisi kuletakkan di pinggir jembatan, sekira angin menghempasnya ia akan dibawa arus U/ sampai di tempat : dimana kita saling mengenal lalu malu-malu. Akhirnya simak  Puisi Roboh di Jembatan, trimss kunjungannya.

Mengekal malam-malam di jembatan,
lampu jalan dan percakapan dingin 
Adalah lengang sayat-sayat malam yang menabuh dingin  silir angin.
 :kau tak disini dan aku menelan detik-detik yang tenggelam dijejak yang memberat seolah akar-akar yang mencuat dari tanah, sangat indah dan sunyi.


Puisi Roboh di jembatan

Angin dan rambutmu disepuh sungguh purna sore dari arah jembatan 

:"ngoonnk...ngoonnk..", bunyi klakson mobil tak kuhirau, aku sendiri telah menggenangi jejak-jejak itu, tampaknya kau lebih dekat dari apapun, dalam cuaca diam yang tak mengirim kabar kehangatan di sini aku menunggu matahari tenggelam...kelak mungkin ia lebih jingga dari segala kata, dan dengan ini aku merasakan jutaan kenangan berhamburan yang beratnya mematahkan jembatan, dan membendung air yang meluap. tahulah bahwa "itu getar yang segalannya mengingatkanmu".

Sejenak ku henti bernafas, kisah-kisah di jembatan itu terus terbakar, kembali sore ini ketika pepohonan di pinggir sungai tak bergoyang disentuh angin kita akan tahu, bahwa seguyuran hujan di siang tadi adalah hikayat epilog sederhana;tentang angin yang HANYA melerai hujan dan mengarak pelangi "membayang...", mengapa aku memanggilmu pelangi ?.

ada yang tumbuh subur, ada yang mengalir begitu gaduh, tampaknya terlalu dekat dengan jantung jembatan. Oh...rupanya sebaris puisi tergeletak di pinggir jembatan, memanggilmu...._

Original content sangbaco.web.id
Maros 2212_setelah itu jatuhkan diri di jembatan, rubuh
____
sangbaco.web.id
Maros 2212_setelah itu jatuhkan diri di jembatan, roboh

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images