Ikhtisar Budaya Zaman Batu

Minggu, Juli 10, 2011

Terbilang mengejutkan, sebelumnya tak banyak yang tahu kalau desa itu punya latar belakang sejarah dan budaya yang amat menarik. Bahkan merupakan salah satu pusat. IKHTISAR KEBUDAYAAN ZAMAN BATU Dengan ciri kebudayaan Abris Sous Roche, Penemu Goa Leang-leang Mister Van Heekeren dan Miss Heeren Palm, Dua arkeolog Belanda pada tahun 1950, mengatakan bahwa "Usia lukisan-lukisan purba di Leang-Leang diperkirakan 5.000 tahun. Beberapa arkeolog bahkan berpendapat bahwa beberapa di antara goa tersebut telah didiami sejak 8.000 - 3.000 SM (Sebelum Masehi). Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh peneliti Fritz
__The central and the latest

Toala dari Leang Pata’E (Leang-leang Maros)

Sarasin dan Paul sarasin, suku Toala yang ditemukan tersebut, masih dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman prasejarah. sejak itu Toala dari leang Pata’E di Lomoncong , di ujung Kabupaten Maros yang Sulawesi Selatan, dapat dikatakan sebagai desa internasional tempat penemuan 2 jejak Kebudayaan Paleolithikum dan Mesolithikum. Masyarakakat leang-leang kab.Maros, secara kultural mayoritas penduduknya beretnis Bugis yang hidup dari pertanian kebanyakan menggarap sawah dan beternak .
    
Untuk jalan-jalan ke desa leang-leang tersebut. sangat mudah, karena bukanlah desa yang terisolasi dan masyarakatnya sudah mengikuti perkembangan zaman.
Keistimewaan Taman Purbakala Leang-leang, bukan saja telah dikenal sebagai salah satu kawasan wisata budaya andalan di Sulawesi Selatan yang selalu mendapat perhatian dan sering dikunjungi wisatawan. Dikatakan daerah wisata ikhtisar kebudayaan zaman batu oleh peneliti Fritz Sarasin dan Paul sarasin teruang dalam kumpulan makalah penelitiannya (dalam bahasa Indonesia & Inggris, dengan memasukkan beberapa frase leksitas dalam kamus Antropolg) telah diterbitkan dalam bentuk buku sebagai referensi yang menarik.
       
Kedudukan tanah leang-leang, dalam masyarakat bukan saja sebagai tempat temuan peradaban lampau , tapi sekaligus penjaga intelektual tradisi leluhur orang Bugis-Makassar, pada kenyataan juga di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Kebudayaan Toala dalam Peralatan Tenun Tradisional Koleksi (museum la galigo) dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, jenis benda peninggalan diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat tumbuhan-tumbuhan. 
     
Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai jenis corak kain sarung dan pakaian tradisional. (Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional Museum La Galigo).

Perjalanan ke taman purbakala menuju desa tersebut tidaklah sulit. Paling gampang dan cepat adalah lewat jalur dari arah Kota Maros bisa ditempuh dengan kendaraan bus, atau pete-pete sekitar setengah jam atau seper empat jam. Cuma saja pusat situs Taman zaman Batu itu, tidak berada di tepi jalan trans Kab.Maros, melainkan mesti berbelok ke arah kiri dari arah selatan sekitar satu kilometer untuk menuju pusat Lokasi. 

Kampung tua dengan lintasan persawahan dan tataran gua-gua dapat dinikmati sepanjang perjalanan sangat apik dan teratur menunjukkan alam sakral keindahan lampau yang menetas jadi jejak sejarah. Berjalan dilokasi taman purbakala, di tepi kiri terdapat sebuah kali yang cukup deras mengalir membelah pemukiman penduduk seakan menarik ulur peristiwa lampau ketika alam sendiri yang melukis tubuhnya dengan lanskap, atau toale yang luar biasa melahirkan maha karya yang sulit dan takkan berulang saat zaman serba canggih ini. 

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images