kita malu gagap bahasa Inggris, mengapa Jepang ?
Rabu, November 16, 2011
Dengan
tanpa keterampilan bahasa Inggris ia tetap mampu
tampil sebagai bangsa terhormat di kancah internasional. Salah satu
contohnya adalah Prof. Maskawa. Peraih Nobel Fisika ini dikabarkan tidak
bisa berbahasa Inggris bahkan pidatonya saat penganugerahan hadiah
Nobel disampaikan dalam bahasa Jepang.
Tentang kehebatan orang Jepang sebagai bangsa yang tidak mengenal istilah “minder”. Salah satu contoh ketidakminderan mereka adalah dalam soal bahasa. Mereka tidak merasa rendah diri meskipun tidak menguasai bahasa Inggris. Dengan keterampilan bahasa Inggris yang memprihatinkan mereka tetap mampu tampil sebagai bangsa terhormat di kancah internasional.
Tentang kehebatan orang Jepang sebagai bangsa yang tidak mengenal istilah “minder”. Salah satu contoh ketidakminderan mereka adalah dalam soal bahasa. Mereka tidak merasa rendah diri meskipun tidak menguasai bahasa Inggris. Dengan keterampilan bahasa Inggris yang memprihatinkan mereka tetap mampu tampil sebagai bangsa terhormat di kancah internasional.
Perihal Bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang
Bahkan Bahasa Jepang juga digunakan oleh sejumlah penduduk negara yang pernah ditaklukkannya seperti Korea dan Republik Cina. Ia juga dapat didengarkan di Amerika Serikat (California dan Hawaii) dan Brasil akibat emigrasi orang Jepang ke sana. Namun keturunan mereka yang disebut nisei ( generasi kedua), tidak lagi fasih dalam bahasa tersebut.
Bahasa Jepang terbagi kepada dua bentuk yaitu Hyoujungo ( pertuturan standar), dan Kyoutsugo ( pertuturan umum). Hyoujungo adalah bentuk yang diajarkan di sekolah dan digunakan di televisi dan segala perhubungan resmi.
Bahkan Bahasa Jepang juga digunakan oleh sejumlah penduduk negara yang pernah ditaklukkannya seperti Korea dan Republik Cina. Ia juga dapat didengarkan di Amerika Serikat (California dan Hawaii) dan Brasil akibat emigrasi orang Jepang ke sana. Namun keturunan mereka yang disebut nisei ( generasi kedua), tidak lagi fasih dalam bahasa tersebut.
Bahasa Jepang terbagi kepada dua bentuk yaitu Hyoujungo ( pertuturan standar), dan Kyoutsugo ( pertuturan umum). Hyoujungo adalah bentuk yang diajarkan di sekolah dan digunakan di televisi dan segala perhubungan resmi.
Berkebalikan dengan orang kita justru kita malu gagap bahasa Inggris, Artinya, orang kita cenderung tidak punya keyakinan terhadap bahasanya (yang juga berarti minder dengan nilai-nilainya) sendiri."tanpa kita sadari...."
percaya bahwa bahasa mempunyai pengaruh terhadap pembentukan karakter dan cara pandang hidup manusia. Mengapa? Karena di dalam setiap bahasa terkandung nilai-nilai. Kalau kita ingat lagi pelajaran bahasa kita di SD, di situ kental dengan ungkapan seperti penghormatan terhadap orang yang lebih tua. Kita memanggil yang lebih tua dengan "kakak", "abang", "daeng", "tetta", dan sebagainya sebagai rasa hormat kita kepada mereka yang lebih tua usiannya, tidaklah kecuali bahwa hal ini merupakan kearifan budaya bahasa yang harus dilestarikan keberadaannya.
Sebaliknya di dalam bahasa Inggris tidak dikenal istilah kakak (saudara yang lebih tua). Kata "brother" dan "sister" hanya merefleksikan jenis kelamin. Ini menunjukkan pandangan hidup egaliter yang (hampir) menyamakan derajat semua orang. Bahkan memanggil nama saja pada guru atau orang tua sudah dianggap biasa, yang kalau di Indonesia menunjukkan ketidaksopanan. Itu sebabnya demokrasi begitu diagungkan oleh Barat, karena inti dari demokrasi adalah persamaan derajat bagi semua orang.
Contoh lain, dalam masyarakat kita panggilan istri kepada suami selalu berkonotasi seorang yang lebih dihormati seperti "abang", "akang", "mas", "uda", "kanda", dan tidak sebaliknya. Saya belum pernah mendengar istri memanggil "adik" pada suaminya. Atau sebaliknya, seorang suami memanggil "uni" atau "teteh" (yang berkonotasi orang yang lebih tinggi kedudukannya) kepada istrinya.
percaya bahwa bahasa mempunyai pengaruh terhadap pembentukan karakter dan cara pandang hidup manusia. Mengapa? Karena di dalam setiap bahasa terkandung nilai-nilai. Kalau kita ingat lagi pelajaran bahasa kita di SD, di situ kental dengan ungkapan seperti penghormatan terhadap orang yang lebih tua. Kita memanggil yang lebih tua dengan "kakak", "abang", "daeng", "tetta", dan sebagainya sebagai rasa hormat kita kepada mereka yang lebih tua usiannya, tidaklah kecuali bahwa hal ini merupakan kearifan budaya bahasa yang harus dilestarikan keberadaannya.
Sebaliknya di dalam bahasa Inggris tidak dikenal istilah kakak (saudara yang lebih tua). Kata "brother" dan "sister" hanya merefleksikan jenis kelamin. Ini menunjukkan pandangan hidup egaliter yang (hampir) menyamakan derajat semua orang. Bahkan memanggil nama saja pada guru atau orang tua sudah dianggap biasa, yang kalau di Indonesia menunjukkan ketidaksopanan. Itu sebabnya demokrasi begitu diagungkan oleh Barat, karena inti dari demokrasi adalah persamaan derajat bagi semua orang.
Contoh lain, dalam masyarakat kita panggilan istri kepada suami selalu berkonotasi seorang yang lebih dihormati seperti "abang", "akang", "mas", "uda", "kanda", dan tidak sebaliknya. Saya belum pernah mendengar istri memanggil "adik" pada suaminya. Atau sebaliknya, seorang suami memanggil "uni" atau "teteh" (yang berkonotasi orang yang lebih tinggi kedudukannya) kepada istrinya.
Tawaran Bahasa ke-dua Untuk Indonesia
Perihal banyaknya entry kata dalam mewakili setiap peristiwa, juga karena bahasa Indonesia penyerap bahasa ke-kamus terbanyak dari bahasa Arab, Sisi menarik dalam bahasa Arab, semisal ungkapan-ungkapan yang lazim dalam percakapan atau tulisan Arab, di situ kental sekali ungkapan-ungkapan yang bernuansa mendoakan orang lain seperti rahimahullah, radhiyallahu 'anhu, almarhum, syafakallah, dll (banyak sekali). Atau juga ungkapan-ungkapan yang menunjukkan kekuatan, dominasi, atau keagungan Allah seperti astaghfirullah, insya Allah, masya Allah, alhamdulillah, laa ilaha illa Allah. Ini menunjukkan karakter masyarakat yang sangat dekat dan sangat menggantung dirinya dengan Tuhannya, Allah SWT.
Berbeda dengan bahasa Inggris yang sangat minim dengan istilah sejenis. Paling-paling hanya “god bless you” atau “Jesus Christ”, dan ini pun cukup jarang digunakan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Inggris (atau yang berbahasa Inggris) tidak memiliki kedekatan hubungan dengan Tuhannya, meskipun mayoritas masyarakatnya beragama Kristen. Namun Kristen di sini cenderung sekuler, sehingga mereka risih membawa agama ke dalam urusan publik. Agama hanya ada di rumah masing-masing atau di dalam gereja.
Sebagai penutup,(hipotesis/ tanggapan pribadi), Proses jejak perkembangan bahasa kita. Liriklah bahasa Arab minimal harus menjadi bahasa kedua setelah bahasa Indonesia. Karena di dalam bahasa Arab terkandung nilai-nilai Islam dan juga salah satu kekuatan penyebaran pahaman keluhuran hidup sebab bahasa langit (al quran), wassalam-
Berbeda dengan bahasa Inggris yang sangat minim dengan istilah sejenis. Paling-paling hanya “god bless you” atau “Jesus Christ”, dan ini pun cukup jarang digunakan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Inggris (atau yang berbahasa Inggris) tidak memiliki kedekatan hubungan dengan Tuhannya, meskipun mayoritas masyarakatnya beragama Kristen. Namun Kristen di sini cenderung sekuler, sehingga mereka risih membawa agama ke dalam urusan publik. Agama hanya ada di rumah masing-masing atau di dalam gereja.
Sebagai penutup,(hipotesis/ tanggapan pribadi), Proses jejak perkembangan bahasa kita. Liriklah bahasa Arab minimal harus menjadi bahasa kedua setelah bahasa Indonesia. Karena di dalam bahasa Arab terkandung nilai-nilai Islam dan juga salah satu kekuatan penyebaran pahaman keluhuran hidup sebab bahasa langit (al quran), wassalam-
*Catatan ini sifatnya searing saja, jika ada kesalahan dalam pandangan maafkanlah itu pasti dari saya mungkin juga syetan, dan kebenaran hanya dari Tuhan : Kaimuddin, mbck
0 comments