Kisah Cinta | Ode Betapa Jauhmu

Minggu, Juli 19, 2020

Puisi betapa jauhmu : apresiasi dari memorial cinta pertama yang mengingatkan tentang sifat polos, dan lupa bahwa cinta sesuatu pula yang tak mudah ditangkup juga diungguli. Tulus ia menuggu bak patung tegak di tengah kota,  dan di tengah dongo dan polos mengindahkan bahwa segala hanya cinta dalam hidup ini, hidup dan mati. sebuah rasa cinta yang mestimulasi bahwa "terhadap cinta ..berikan segalanya dan ambil apa adanya". ya sebuah stasiun akhir yang dingin, ia menatap punggungnya yang menjauh, kian jauh.

Ode, kisah sepanjang hidupnya, zaman telah berubah tapi kenangan tetap bergelayut, dan perpisahan cinta pertama itu menjelma puisi cinta penuh inspirasi. Betapa jauhmu kini, tapi narasi itu, terus tumbuh di suatu tempat yang dalam : hati. Simak akhir cinta pertamanya dalam kisah "ode betapapun jauhmu. Semoga sulaman kisah masa lalu ini menginspirasi anda untuk menulis atau pula memeroleh wawasan.




~~~~

waktu telah 

mengeraskan kita, 

pada jalan yang tak terlihat 

tepinya

~~~







Kisah Cinta  | Ode Betapa Jauhmu

(Ode betapa Jauh kekasih,  dan perempuan yang punggungnya kian jauh terlihat)

di malam itu rembesan kenangan ke-sebuah susur paling jauh terpencil, namun mengerang pada memoar yang menyulin cerita remaja kisah SMA dahulu, tatkala mengusut wajahmu dalam hujan dan silau sorot lampu kendaraan di stasiun terakhir Bandara Sentani Jayapura.

Malam aku getir sendirian dan jutaan bintang meliuk-liuk dari sepasang matamu, aku mereka-reka esok : rindu-kah dan mengulang temu di pesisir sambil memunguti kerikil dan memintalnya jadi  hiasan. Atau jauhmu tak mengalihkan duniaku ?

Aku kalah oleh jarak, mengeras jauhmu dan memoriku pulang pada laju kendaraan tua, dengan  asap knalpot melangit, sedang diboncengan dan tangan-mu memeluk. Aku tetas pada waktu yang menyulam kembali kau, sedang di sudut mana atau  rumah-rumah telah tak beralamat.

sudut sudut yang jauh pada layar ingatan kita,
seperti plat hias namamu yang mengabu di mejaku, kemana berakhir mu ?.
: tak ada sahutan. stasiun akhir yang dingin
Sebuah tanda bahwa kita telah saling jauh, tak beralamat__
__

Ode, jauhmu dan malam menghampar, telusur jauh sebisaku ingat segala yang indah, meski hampir memoarku bak kuburan dangkal, lupa sepinya bahkan menanggalkan rindu. Tapi suatu hari  gerimis  jatuh dari langit dan berita teman membawaku kembali dekat, meskipun ke-alamat  sepi, dan tak terganti. Waktu tatkala aku bagai gerimis berharap rintik jatuh di rambutmu, pula betapa mudah setiap gerimis lesap kemanapun  tak se-sisa-pun kecuali diresapnya. hanya ini "ingatlah sebisamu segala yang indah, dan cinta tak kekal : pun memori"

MENGERAS JAUHMU (2)
gun|rabu`19, 2011

Betapa dunia seperti penjara

saat kusadari segala suara telah padam dan

      kau tak nampak pada jajaran bangku tua, yang

      sejak lama tak kau jenguk itu, atau waktu telah mengeraskan kita pada

      jalan yang tak terlihat tepinya

Kupandangi terakhir kali keluasan matamu, sebelum punggungmu adalah titik yang jauh,

        “aku mengantarmu sampai disini”,  pada kesederhanaan  mencintai

         mengantarmu pada sesuatu yang mungkin menyenyakkan tidurmu

         aku....suka tanpa ku mengerti mengapa harus ... ?,

Menatapmu terakhir kali : kau memoar dan  bunga terindah di musim gugur.

(Bukan kalian, tapi ode yang meleleh juga, melelah..!)

~~~~~
Sangbaco.web.id _gun | rabu`10`19, 2011

Daripada teronggok di rak buku, saya mencoba membuatkan rumah maya" http://www.sangbaco.web.id/,  ya, sederhana bagi kumpulan-kumpulan puisi itu. beberapa puisi dipampang di blog ini untuk dikaji dan direnungi... Kadang, saya yang murung, soliter dan pemalu ini, tak memiliki kepercayaan diri dan keberanian untuk secara langsung mengucapkan permisi dan menyapa. Biarlah lewat tulisan kecil ini saya memohon kerelaan. Terima Kasih.
Jika suka silahkan berkunjung di link berikut

Kisah-kisah Cinta dalam Ode Hujan Kekasih

You Might Also Like

2 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images